Langsung ke konten utama

Makalah Kelompok 5

PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
( dan Implementasinya dalam Pembelajaran PKn Sd )
Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Pengembangan Pembelajaran PKN SD
Dosen : Dr. Dirgantara Wicaksono, M.Pd.
  
                                Disusun Oleh : 
           Ahmad nur huda                 : 2015820033
                                                    Fawwaz hamid                    : 2015820017
                      Muhammad arief santoso    : 2015820039               
          Nindi saputri                        : 2015820015
          Nur indah larasati                : 2015820024
          Risty dwi mustika                : 2015820027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Pengembangan Pembelajaran PKN SD. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Dr. Dirgantara Wicaksono, M.Pd. selaku dosen mata kuliah  Pengembangan Pembelajaran PKN SD yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami berharap makalah ini dapat berguna. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kekurangan atau kesalahan penulisan pada makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua amin.
   
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................   i
DAFTAR ISI.................................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................  1
  1. Latar belakang....................................................................................................... 1
  2. Rumusan masalah.................................................................................................. 1
  3. Tujuan penulis....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................  3
A.  Pengertian Pendekatan Contextual Teaching Learning..................................... 3
B.     Prinsip-prinsip Pendekatan Contextual Teaching Learning.............................  4
C.     Karakteristik Pendekatan Contextual Teaching Learning................................  4
D.    Komponen-komponen pendekatan Contextual Teaching Learning..................  6
E.     Tujuan Pendekatan Contextual Teaching Learning..........................................  8
F.      Langkah-langkah Pendekatan Contextual Teaching Learning.........................  9
G.    Kelebihan dan kelemahan Pendekatan Contextual Teaching Learning............  9
H.    Implementasi Pendekatan Contextual Teaching Learning................................ 10
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 12
A.    Kesimpulan........................................................................................................ 12
B.     Saran.................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama di Sekolah. Dalam proses ini siswa membangun makna dan pemahaman dengan bimbingan guru. Kegitan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal-hal secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara aktif. Namun ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan belajar diciptakan secara alami. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching Learning / CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
B.     Rumusan Masalah
       Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan pendekatan CTL?
2.      Apa saja prinsip-prinsip pendekatan CTL?
3.      Bagaimana karakteristik pendekatan  CTL?
4.      Apa saja komponen-komponen dalam CTL?
5.      Apa tujuan dari pendekatan  CTL?
6.      Bagaimana langkah-langkah pendekatan  CTL?
7.      Apa kelebihan dan kelemahan pendekatan CTL?
8.      Bagaimana implementasi dari pendekatan CTL?
C.    Tujuan Penulisan
      Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian pendekatan CTL.
2.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip pendekatan CTL.
3.      Untuk mengetahui karakteristik pendekatan CTL.
4.      Untuk mengetahui komponen-komponen dalam CTL.
5.      Untuk mengetahui tujuan dari pendekatan CTL.
6.      Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah pendekatan CTL.
7.      Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pendekatan CTL.
8.      Untuk mengetahui bagaimana implementasi dari pendekatan CTL.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendekatan Contextual Teaching Learning
Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks)”. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teching Learning/CTL) merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Menurut Jonhson dalam Sugiyanto (2007) CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.
Menurut Tim Penulis Depdiknas, Pendekatan Kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan sebuah strategi pembelajaran yang dianggap tepat untuk saat ini karena materi yang diajarkan oleh guru selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dengan menggunakan pembelajaran kontekstual, materi yang disajikan guru akan lebih bermakna. Siswa akan menjadi peserta aktif dan membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan mereka.
B.     Prinsip-prinsip Pendekatan Contextual Teaching Learning
1.         Keterkaitan, relevansi (relation). Proses belajar hendaknya dikaitkan dengan bekal                  
            pengetahuan (prerequisite knowledge) yang telah ada pada diri siswa.
2.     Pengalaman Langsung (experiencing). Pengalaman langsung dapat diperoleh melalui kegiatan eksplorasi, penemuan (discovery), inventory, investigasi, penelitian dan sebagainya.
3.           Aplikasi (Applying). Menerapkan fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang dipelajari
dengan guru, antara siswa dengan narasumber, memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan strategi pembelajaran pokok dalam pembelajaran kontekstual.
4.          Alih Pengetahuan (transferring). Pendekatan kontekstual menekankan pada
            kemampuan siswa untuk mentransfer situasi dan konteks yang lain merupakan
            pembelajaran tingkat tinggi, lebih dari sekedar hafal.
5.      Kerja sama (cooperating). Kerjasama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan dan menjawab pertanyaan dan komunikasi interaktif antar siswa.
6.                  Pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang telah dimiliki pada situasi lain.
Berdasarkan uraian diatas, prinsip-prinsip tersebut merupakan bahan acuan untuk menerapkan metode kontekstual dalam pembelajaran. Implementasi kontekstual lebih mengutamakan strategi pembelajaran dari pada hasil belajar, yakni proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan hanya transfer pengetahuan dari guru kepada siswa.
C.    Karakteristik Pendekatan Contextual Teaching Learning
Menurut Johnson dalam Nurhadi (2003 : 13), ada 8 komponen yang menjadi karakteristik dalam pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut :
  1.      Melakukan hubungan yang bermakna (Making Meaningfull Connection).
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran   kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik tertentu dengan pengalaman mereka sendiri, mereka menemukan makna dan makna memberikan alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan  kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL.
2.      Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work).
Siswa membuat hubungan-hubungan antar sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat. Jadi pembelajaran harus memiliki arti bagi siswa.
3.      Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning).
Pembelajaran yang diatur sendiri merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan yang menghubungkan masalah dengan kehidupan sehari-hari dengan cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4.      Bekerja sama (collaborating).
Siswa dapat bekerja sama. Guru dan siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, guru membantu siswa memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
5.      Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking).
Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencairan ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.
6.      Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual).
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian seperti integritas pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi, dan sebagainya. Guru dalam pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
7.      Mencapai standar yang tinggi (reaching high standar).
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan tersebut, asalkan dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi dan kekuatannya.
8.      Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment).
Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk      suatu tujuan yang bermakna. Misalnya, siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka pelajari untuk dipublikasikan dalam kehidupan nyata. Penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.
D.    Komponen-komponen Pendekatan Contextual Teaching Learning
1.  Konstruktivisme (constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofis) pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak seakan-akan. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengamatan nyata, karena pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman nyata.
2.                          Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan berbasis CTL. Metode inquiry merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain. 
3.                          Bertanya (questioning)
Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk menggali informasi, menggali pemahaman siswa, membangkitkan respon kepada siswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, serta membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa untuk menyegarkan kembali pengetahuannya.
4.                          Masyarakat belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Guru dalam pembelajaran kontekstual (CTL) selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Siswa yang pandai mengajari yang lemah, yang sudah tahu memberi tahu ke yang belum tahu, dan seterusnya. Sehingga kelompok siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, keanggotaannya, jumlah bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan ahli ke kelas.
5.                          Pemodelan (modeling)
Proses pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu perlu ada model yang bisa ditiru. Tugas guru memberi model tentang bagaimana cara bekerja. Guru bukan satu-satunya model dalam pembelajaran CTL karena model dapat juga didatangkan dari luar untuk dihadirkan di dalam kelas. Pemodelan disini adalah bahwa sebuah pembelajaran selalu ada model yang bisa ditiru oleh para peserta didik.
6.                          Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu. Siswa mendapatkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima (Depdiknas, 2003).
Refleksi dilakukan ketika pembelajaran berakhir, siswa merenung tentang kesalahannya dalam belajar lalu dia memperbaiki kesalahan tersebut dengan pengetahuan yang baru dia ketahui.
7.                          Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar perlu diketahui oleh guru agar bisa mengetahui bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Gambaran proses dan kemajuan belajar siswa perlu diketahui sepanjang proses pembelajaran. Karena itu penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode sekolah, tetapi dilakukan bersama secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran. Focus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
E.     Tujuan Pendekatan Contextual Teaching Learning
Adapun beberapa tujuan dari pembelajaran Kontektual ini, yakni sebagai berikut :
1.       Memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya   
dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari.
2.       Agar dalam belajar siswa tidak hanya sekedar menghafal tetapi diperlukan juga
pemahaman terhadap materi.
3.      Menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.
4.      Melatih siswa agar dapat berpikir kritis dan terampil dalam memproses
pengetahuan agar dapat menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
5.      Pembelajaran yang dialami siswa lebih bermakna.
6.      Mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan
      konteks kehidupan sehari-hari.
  
F.     Langkah-langkah Pendekatan Contextual Teaching Learning
1.      Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri        pengetahuan dan keterampilan barunya.
2.      Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik.
3.      Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4.      Menciptakan masyarakat belajar.
5.      Menghadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran.
6.      Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
7.      Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
G.    Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Teaching Learning
      1.      Kelebihan Pembelajaran Kontekstual
    a.       Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan
   potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam PBM.
    b.       Siswa dapat berpikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami    
           suatu isu dan memecahkan masalah.
    c.       Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
    d.      Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
    e.       Membantu siswa bekerja lebih efektif dalam kelompok.
    f.       Terbentuk sikap kerjasama yang baik antar individu maupun kelompok.
     2.      Kelemahan Pembelajaran Kontekstual
   a.     Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan
siswa. Padahal, dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda
sehingga guru akan kesulitan dalam menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapaian siswa tidak sama.
   b.     Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM.
   c.                    Dalam pembelajaran akan nampak jelas antara siswa yang memiliki
kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan rendah, yang kemudian akan menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
   d.     Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran ini akan terus tertinggal
dan sulit untuk mengejar ketinggalannya, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri. Jadi siswa yang mengikuti setiap pembelajaran dengan baik tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
  e.      Tidak setiap siswa dapat dengan mudah  menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan menggunakan model pembelajaran CTL ini.
  f.       Lebih mengembangkan kemampuan  soft skill daripada kemampuan
intelektualnya, sehingga siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lisan akan mengalami kesulitan dalam belajar.
  g.      Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak
merata.
  h.      Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi, karena dalam pembelajaran guru  
hanya sebagai pengarah dan pembimbing serta lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.
H.    Implementasi CTL dalam Pembelajaran PKN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal yang perlu diperhatikan guru mengenai kepribadian siswa secara individu dalam proses pembelajaran PKn dikelas 5 sd. Khususnya pada materi nilai-nilai juang dalam proses perumusan pancasila sebagai dasar Negara guru harus mengubah cara pandangnya dalam pembelajaran PKn yang meliputi :
1. peran guru dalam pengelolaan kelas.
2. pemahaman perkembangan karakteristik siswa.
3. peran siswa dalam proses pembelajaran.
4. pemilihan alat peraga atau media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan   
    materi yang dipelajari siswa.
5. guru dituntut untuk lebih kreatif dalam mendesain pembelajaran.
Sebelum dan dalam proses pelaksanaan pembelajaran guru perlu menanamkan disiplin, dan bekerja sama pada diri siswa seperti mengadakan apersepsi dan lain dihrapkan lebih memperdalam dan memperluas kajian pada pembelajaran PKN sesuai dengan pendekatan CTL khusus nya di kelas 5 SD.
BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning/CTL) merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.
Saran
Guru harus dapat menyajikan dunia nyata atau benda-benda konkret saat pembelajaran sehingga siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang diperolehnya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.


 DAFTAR PUSTAKA
·         Buku CTL (Contextual Teaching & Learning); Elaine B.johnson; kaifa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Model Jerold E. Kemp dalam Perencanaan Pembelajaran ( Dosen : Dr. Dirgantara Wicaksono, M.Pd )

A.       Latar Belakang Jelord E. Kemp berasal dari California Satate University di Sanjose. Kemp mengembangkan model desain instruksional yang paling awal bagi pendidikan. Model Kemp memberikan bimbingan kepada para siswanya untuk berpikir tentang masalah-masalah umum dan tujuan-tujuan pembelajaran. Model ini juga mengarahkan pengembang desain instruksional untuk melihat karekteristik para siswa serta menentukan tujuan-tujuan belajar yang tepat. Langkah berikutnya adalah spesifikasi pelajaran dan mengembangkan pretest dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya adalah menetapkan strategi dan langkah-langkah dalam kegiatan belajar mengajar serta sumber-sumber belajar yang akan digunakan. Selanjutnya, materi/isi (content) kemudian di evaluasi atas dasar tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. Langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi dan revisi didasarkan atas hasil-hasil evaluasi. Pentingnya pembahasan ini yaitu agar kita bisa memahami...

Perencanaan Pembelajaran ( Dosen : Dr. Dirgantara Wicaksono, M.Pd )

Models of Instructional Design There are numerous models of instructional design; elements of many of these have made their way into how instructional design is conducted today. Kemp Jerrold Kemp, an American professor, devised a design model based on nine components: Identify the problem and goals. Identify characteristics of the learner. Identify the subject content and perform task analysis. List the learner's objectives. Sequence the content logically. Design the learning so learners are able to master objectives. Plan the delivery of the content. Design an evaluation format. Support instruction through selection of resources. The Kemp model dictates that an instructional designer can begin with any one of these components when designing learning, that is, it is flexible. Some of the other design methods are more rigid, such as ADDIE. This model is most often used in higher education, usually classroom learning. Gagne In the 1980s, Robert Gagne, an...

Rencana Pembelajaran yang berstandar Internasional (Dosen: Dr. DIRGANTARA WICAKSONO,M.Pd )

Rencana Pembelajaran yang berstandar Internasional Salah satu komponen dalam kurikulum adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),   Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Sekolah Berbasis Internasional tentu harus memiliki sesuatu yang khas sebagai modal untuk proses pembelajaran yang menarik, mengakomodasi potensi siswa untuk membangun pengetahuan mereka dan menyajikan suatu pembelajaran yang aktif serta kreatif. Penelitian Dr. McGee secara garis besar menyatakan bagaimana menciptakan  superstar student.  Menurutnya bila siswa di sekolah menengah atas mengalami kesulitan belajar mata pelajaran seperti matematika, peny...